SENIN (25/7) malam, RCTI menghadirkan perdana drama Korea Descendant's of The Sun (DOTS) yang merupakan drama tersukses di tahun 2016 sampai dengan Akhir Juli ini. Dua bintang utamanya yang sama-sama bermarga Song benar-benar memikat penggemar drama Korea di berbagai belahan dunia. Bahkan saking suksesnya, hak siarnya terbilang jauh lebih mahal dibandingkan dengan drama-drama baru lain yang sedang beredar.
Beruntungnya penonton di Indonesia, RCTI hanya berselisih 3 bulan saja dari penayangan di Korea sendiri yang baru tamat pada April 2016 silam.
Ada yang menarik dengan penayangan DOTS di RCTI. Salah satunya adalah tersedianya subtitle Indonesia yang berguna untuk menterjemahkan bahasa aslinya yang terbilang masih asing untuk penonton kita. Penonton di Indonesia terbilang familiar dengan sistem dubbing, yang berarti menggunakan jasa para dubber agar para pemain di drama tersebut seolah berbicara dalam bahasa Indonesia.
Sistem subtitlling lebih dikenal digunakan untuk film-film Hollywood ketimbang drama seri. Penggunaan subtitle di drama dinilai lebih orisinil oleh sebagian orang karena dapat menyampaikan dengan benar emosi yang diciptakan oleh si pemain. Sayangnya, masih banyak juga yang terkendala dengan hal ini karena hanya ingin fokus menyaksikan para pemainnya tanpa bersusah payah harus membaca terjemahannya melalui subtitle.
Sistem subtitling ini sendiri seolah seperti pedang bermata dua. Di satu sisi memberikan warna baru untuk penonton, di sisi lain dapat 'menggores' si pemilik hak siar karena penonton yang mungkin kabur karena tak terbiasa dengan hal ini.
Sebenarnya, adanya sistem dubbing juga menuai kontroversi. Ada yang menilai jika terkadang sosok dubber yang menyulihsuarakan sang pemain asli terbilang tak cocok dengan karakter suaranya, sampai dengan sistem dubbing yang merusak emosi yang terjalin dalam cerita.
Well, penulis tak sepenuhnya setuju dengan dua hal di atas. Adanya sistem dubbing lebih mempermudah penonton untuk tetap stay menonton TV tersebut bahkan tanpa melihat visualnya. Hal ini banyak dilakukan oleh penonton Indonesia yang biasanya 'menyambi' pekerjaannya sembari menonton program kesayangannya. Jadi bayangkan betapa tidak mengertinya penonton jika cuma mendengar bahasa asli yang tidak dimengerti sambil mengerjakan sesuatu.
Untuk ukuran program yang tayang malam hari, lebih bijak jika menggunakan sistem dubbing. Pemilihan studio dubbing yang pas bisa kok tetap menjaga emosi alur cerita tetap berada pada jalurnya. Salah satunya adalah erfas studio yang belakangan mulai merambah SCTV. Erfas sukses mencetak dubber-dubber yang bagus melalui serial-serial India di ANTV.
Tapi usaha RCTI ini patut diapresiasi. Menyuguhkan tayangan dengan 'konsep' berbeda ini bisa jadi disukai tipikal penonton yang suka mendengar bahasa aslinya dan dapat belajar kosakata dari bahasa tersebut. Ibarat kata, sistem 'subtitling' ini trial and error untuk konsep berbeda dari biasanya.
Nah, Anda sendiri lebih setuju sistem subtitling ini atau versi dubbing? Setiap orang boleh punya pilihannya sendiri!
masak subtittle ditutupi iklan baris, emang orang indonesia bisa bahasa korea.
BalasHapus