PERPINDAHAN rumah produksi SinemArt dari RCTI ke SCTV kembali memanas. Pasalnya, rumah produksi yang didirikan oleh Leo Sutanto ini dituntut oleh pihak RCTI karena dianggap telah melakukan pelanggaran Wanprestasi. Wanprestasi sendiri dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan atau kelalaian.
Dilansir dari media online Okezone, yang masih rekan satu grup RCTI, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Barat menyatakan PT Sinemart dan pendirinya, Leo Sutanto, bersalah terkait wanprestasi penjualan saham ke PT Indonesia Entertaiment Group yang dulu bernama Elang Permata Cakrawala, anak usaha SCMA yang juga dimiliki induk usahanya, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
Dalam amar putusan bernomor 9/PDT.G/2017/PN.JKT.BRT tertanggal 16 Maret 2017, dan berkekuatan hukum tetap atau in kracht, PN Jakarta Barat memutuskan tiga poin putusan yang harus dilakukan oleh PT Sinemart dan Leo Sutanto.
1. PN Jakarta Barat memutuskan bahwa transaksi penjualan saham PT Sinemart dan Leo Sutanto ke PT Indonesia Entertainment Group yang dulu bernama Elang Permata Cakrawala batal.
2. PN Jakbar juga menghukum PT Sinemart dan Leo Sutanto untuk membayar ganti rugi senilai Rp2,64 triliun kepada RCTI.
3. PN Jakarta Barat juga menghukum PT Sinemart dan Leo Sutanto untuk meminta maaf kepada PT RCTI pada halaman satu di sembilan media nasional.
Tuntutan hukum yang dilayangkan pada rumah produksi yang mensukseskan Anak Jalanan dan Tukang Bubur Naik Haji ini sendiri ternyata belum diketahui oleh Humas SinemArt.
"Kita malah enggak tahu ada ginian. Enggak ada yang tahu Mas (termasuk Pak Leo)," ungkap Abdul Azis selaku humas SinemArt seperti dilansir dari Tabloidbintang.
0 komentar:
Posting Komentar