DI Awal kemunculannya 14 tahun silam, Trans TV seolah menjadi angin segar untuk penonton di Indonesia dengan sejumlah terobosan program inhouse nya yang fresh. Sejumlah programnya kala itu menjadi primadona bahkan pioner bagi stasiu TV lain. Tak heran jika Trans TV langsung mencuri perhatian penonton walau masih terhitung seumur jagung.
Siapa yang tak kenal Extravaganza, Bajaj Bajuri, Akhirnya Datang Juga, Termehek-Mehek, Jika Aku Menjadi hingga Indonesia Mencari Bakat? Sayang masa keemasan stasiun TV yang berada dibawah naungan CT Corp ini semakin suram saat ini. Program terakhirnya yang paling mencuri perhatian adalah YKS yang juga terpaksa diberhentikan karena dianggap melecehkan tokoh panutan, Almarhum Benyamin.
Setelah era YKS usai, Trans TV kesulitan menemukan formula baru untuk kembali menarik perhatian penonton. Saat ini, tercatat hanya beberapa program saja yang meraih share bagus : Islam Itu Indah, My Trip My Adventure, Mission X, Insert dan Katakan Putus. Perlu diingat juga bahwa sejumlah program tersebut tayang di slot non primetime. Sementara program primetimenya masih terengah-engah.
Trans TV bukannya berdiam diri saja, berbagai genre program sudah dilakukan, sayangnya keberuntungan belum berpihak padanya. Lantas, apa sebenarnya yang mengakibatkan Trans TV seolah sulit kembali bangkit mensejajarkan diri dengan stasiun TV besar lainnya di Indonesia?
Faktor kelatahan Trans TV bisa jadi salah satunya. Di saat stasiun TV lain menayangkan serial Turki, stasiun bertagline Milik Kita Bersama ini juga menayangkan serial Turki Cinta di Musim Cerry yang berakhir tanpa ending. Belum lagi, program setipe YKS (baca : Happy Show) masih jadi andalan, padahal sharenya jelas sangat memprihatinkan.
Pada episode Sabtu (30/4) malam misalnya. Item segmen bongkar-bongkaran kehidupan pribadi Billy Syahputra hingga Chand Kelvin masih jadi jualan. Tim kreatif sibuk menjodohkan pemain ini dengan bintang-bintang lain. Pertanyaannya, apa pembedanya dengan YKS yang sudah mangkat?
Ketika menciptakan talent search Everybody Superstar hingga Social Media Sensation, Trans TV membuat sebuah ajang pencarian bakat yang nanggung. Niat hati mau bergimmick ria seperti D'Academy malah menjadi pedang tajam bermata dua. Gimmick lucunya gagal, esensi talent search nya hilang menguap. Belum lagi pilihan para jurinya yang masih jauh dibawah standar talent search RCTI seperti The Voice Indonesia yang berani memasang Agnez Mo hingga Kaka Slank sebagai pengisi acaranya.
Saat ini, Trans TV malah menciptakan program Dunia Punya Cerita yang setipe dengan On The Spot Trans 7. Pertanyaannya, mau mengambil pangsa penonton yang sama dengan saudaranya? Toh jawabannya sudah tahu jika follower tak akan bisa melampaui sukses sang pioner.
Penulis pernah menonton Improvisasi Selebritis yang digawangi Komeng, Rina Nosa, Choky Sitohang dan beberapa pelawak lainnya. Di awal penayangannya, program ini meraih share bagus. Sayang, Trans TV kurang jeli memanfaatkan moment untuk membuat durasi tayangnya tak hanya seminggu sekali. Program ini tenggelam sebelum sempat bersinar.
Program primetime lain seperti Music & Movie seolah menjadi program lain dengan modal minim tapi ingin merengkuh hasil yang besar. Toh, program seperti ini bukan Trans TV banget.
Program komedi seperti Komedi Tempo Doeloe yang mencoba memikat penontonnya lagi gagal total dengan kemasan yang tak terbilang anyep. Konsep nanggung dengan para talent yang kurang bisa menyesuaikan dengan situasi.
Pada akhirnya lebih baik mematangkan beberapa konsep program ketimbang mengeluarkan seabrek program baru dengan harapan salah satunya bisa nyantol di hati penonton.
Trans TV sebenarnya tahu benar jika kekuatannya ada pada genre drama dan reality. Tengoklah Katakan Putus yang di jam sore masih cukup mampu menyelamatkan 'muka' Trans TV. Padahal program ini setipe dengan Termehek-Mehek yang pernah memuncaki rating mingguan di awal kemunculannya. Program reality menggugah hati seperti Jika Aku Menjadi juga pernah membawa Trans TV menjadi juara rating kala itu.
Ah, kami rindu Trans TV yang menjadi pelopor dan inspirasi, bukan saat ini yang ikut-ikutan dan cenderung terkesan asal jadi. Semoga bisa jadi lebih baik ya!
Setidaknya Trans masih berharap dengan program-program pioner ini bos, seperti MTMA yang sudah pasti tak ada lawan. Pensi (Pentas Ekspresi) juga bisa jadi kuda hitam weekend primetime jika diolah lebih serius. Atau The Transmart, Pak Cus, dan Bro & Bray yang bisa diolah lebih lanjut.
BalasHapusSayangnya PENSI malah tak bergaung dari sisi rating. Setuju jika konsepnya lebih dimatangkan mungkin akan lebih baik peformanya.
HapusUntuk Pondok Pak Cus malah nasibnya kian tragis. Padahal cukup bagus di awal. Rekan sejawatnya KOS-KOSAN JOGJA sudah mangkat lebih dulu.
Belakangan malah Bro & Bray yang sharenya cukup stabil di angka 8 - 10 persen.
ulasan bagus
Hapusiya nih, rindu banget sama semangat dan ide ide anak Trans TV dulu, kangen Realigi..
BalasHapusKayaknya disebabkan oleh ganti logo deh... Semenjak ganti logo jadi malas nonton trans. Ditambah lg programnya sibuk dengan si RA
BalasHapustapi saya menyukai program music and movie krn tv lain gak ada acara ini tapi sayang durasi nya cuma sebentar..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusApa semenjak mas wisnutama pindah ke net tv , trans tv malah jatuh ? Atau mungkin anak anak trans tv yang dulu udah ditarik ke net tv
BalasHapusIya nih.. kangen jika aku menjadi, extravaganza, akhirnya datang juga.. awal kehancurannya ya dr YKS itu, sy termasuk salah satu yg ilfill dgn trans saat itu
BalasHapus